Kaitan erat mahasiswa dan organisasi

Sering kali saya mendengar keluh kesah dari teman mahasiswa. Mereka mengeluhkan hal yang sama, yakni Mahasiswa dan organisasi.

Memang keduanya berkaitan sangat erat. Mahasiswa selalu dekat dengan organisasi, dengan tujuan besar untuk memberi pengalaman sebelum menginjak dunia kerja.

Statement tentang organisasi dan mahasiswa sering mempengaruhi pola pikir mereka.

Kalau ikut organisasi nanti nilai jelek, tugas terbengkalai, mengulang semester depan, dan lain sebagainya

Alasan klasik.

Organisasi yang paling famous di kehidupan perkuliahan adalah BEM(Badan Eksekutif Mahasiswa), HIMA (Himpunan Mahasiswa), dan UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa). Namun, tidak semua pengalaman berorganisasi harus diperoleh dari tempat kita berkuliah. Kalian dapat memilih, ketika berada di kampus otak fokus pada kuliah, dan ketika berada di rumah menyempatkan waktu untuk berorganisasi. Contohnya mengikuti organisasi karang taruna, pengabdian masyarakat atau organisasi lingkup daerah tempat tinggal.

Sebenarnya mengikuti organisasi hanya melatih soft skill saja.

Soft skill seperti apa?

Public speaking ini yang paling dominan.

Apakah kita perlu ?

Untuk dunia kerja, soft skill ini sangat diperlukan.

Mengapa?

Karena di dunia kerja, kita sudah pensiun menghadapi guru maupun dosen. Kita berganti sasaran, yakni menghadapi masyarakat umum.

Tentu saja kita harus berbicara panjang lebar dan tepat pada tujuan kita. Di sini kita dituntut bisa berkomunikasi secara persuasif.

Jika tidak memiliki soft skill ini, apa yang terjadi?

Demam panggung, Tak berani menghadapi orang banyak, dan keinginan berpendapat tapi takut untuk mengutarakan, alhasil kita hanya ikut-ikutan dengan pendapat orang lain

Lalu apakah orang yang tidak mengikuti organisasi tidak bisa sukses?

Siapa yang membuat pernyataan seperti ini? Pernyataan dari mulut ke mulut yang dibumbui dengan kengerian, sehingga sangat mudah mendoktrin para mahasiswa yang masih bingung akan dirinya.

Pernyataan ini sama dengan menghakimi orang lain. Mengapa? Karena kita tidak pernah tau apa yang mereka lakukan selepas berkuliah.

Mungkin mereka bekerja atau melakukan hobby mereka. Bisa saja mereka menjadi orang besar dari hobby atau pengalaman bekerja. Sehingga kita tidak ada hak menghakimi mereka yang tidak berorganisasi

Namun, untuk mereka yang berorganisasi. Mereka tetap bisa mengait pretasi, nilai stabil dan lebih-lebih memiliki relasi yang cukup banyak. Tak jarang mahasiswa yang mengikuti organisasi akan mudah terjun di dunia kerja yang bersinggungan dengan masyarakat.

Kok mereka bisa tetap berprestasi?

Karena mereka dapat memanage waktu sebaik mungkin, istirahat yang cukup serta sadar akan prioritasnya sebagai mahasiswa.

Jadi kesimpulannya?

Baik mahasiswa berorganisasi maupun tidak berorganisasi, semua sama saja. Tergantung bagaimana mereka mengatur waktu. Semuanya menguntungkan, jika dilakukan dengan benar dan sesuai proposi yang ada. Kesuksesan adalah upah dari sang pejuang yang berani memilih cara dan pemikiran yang berbeda.

2 tanggapan untuk “Kaitan erat mahasiswa dan organisasi

Tinggalkan Balasan ke Nuril Adha Indana Batalkan balasan